Cerita Misteri Gadis Kecil
Malam yang sunyi itu, Mellyza mengerjakan PR-nya di ruang
keluarga. Semua keluarganya sudah tidur, kecuali Mellyza dan kakaknya.
Sebenarnya, hari itu adalah hari Kamis, dan lebih tepatnya malam Jumat.
Mellyza hampir menyelesaikan PR-nya saat jam di rumahnya
berdentang 10 kali yang menandakan bahwa saat itu sudah pukul 22.00.
"Tok...tok...," Mellyza mendengar bunyi seperti
orang memukul palu.
"Siapa yang malam-malam begini memasang paku?"
tanyanya bingung.
"Tok...tok...," bunyi itu terdengar lagi. Namun,
kali ini bunyi itu disertai dengungan keras. Mellyza yang penasaran, segera
naik ke kamar mama-papanya yang ada di lantai 2.
"Ma, Lyza pinjam balkon sebentar!" katanya pada
Mama yang masih sibuk dengan laptop. Mama mengangguk.
Angin berhembus kencang saat Mellyza berlari ke balkon kamar
mamanya yang sedikit luas. Ia menoleh ke rumah di sebelah kirinya.
Tiba-tiba, "Kyaaa... Setan!!" teriak Mellyza
ketakutan. Mama terkejut, dan segera mendatangi Mellyza.
"Ada apa, Sayang?" tanya Mama.
"Ada setan, di kiri rumah kita Ma!" jawab Mellyza
masih ketakutan. Mama dan Papa segera melihat ke rumah sebelah. Papa
mengantarkan Mellyza ke kamarnya.
Lampu kamar Mellyza dimatikan, kemudian menyala lampu
tidurnya.
"Selamat tidur, anak Papa. Mimpi indah!" ucap Papa
lembut. Mellyza menarik selimutnya, ketika Papa pergi.
"Tok...tok...," Mellyza merinding, seketika ia
menutupi tubuhnya dengan selimut. Selimut Mellyza tiba-tiba tertarik sendiri.
Dan pintu kamarnya terbuka lebar.
"KAKAK!!" jerit Mellyza melihat kakaknya
tergantung di depan kamarnya.
"Lyza, ada apa?" tanya kakak Mellyza khawatir akan
adiknya itu. Mellyza terbangun, ternyata ia mimpi. Di sekelilingnya sudah ada
keluarga besarnya.
"Kak, aku enggak mau tinggal di rumah ini!"
jawabnya penuh keringat dingin. Nenek Mellyza dan Tantenya saling berpandangan
dengan wajah penuh ketakutan.
"Nenek sama tante tahu sesuatu?" Mellyza bertanya
pelan.
"Sebenarnya..."
"Sebenarnya... kamu diincar," jawab Nenek. Mellyza
mengerutkan dahi, ia bingung dengan semua ini.
"Diincar? Siapa dan kenapa?" kakak Mellyza yang
sedari tadi diam jadi ikut bingung. Mata Tante Mellyza dan Nenek tampak
berkaca-kaca.
"Mahkluk astral... Mereka ingin membawa adikmu, agar
mereka bisa hidup ke dunia ini lagi," jawab Tante Charien. Mellyza tak
menyangka mendengar jawaban tantenya. Dengan wajah sedih, ia berlari turun ke
bawah untuk menemui ayahnya.
"Mellyza..." panggil kakak Mellyza.
Kenapa aku? Mungkinkah Tuhan menginginkanku pergi? Jika
begitu, tidak perlu begini. Aku ketakutan, mereka tinggi dan berdarah...
Itu adalah tulisan Mellyza yang ditulisnya terakhir kali,
sebelum ia tidak sadar untuk selamanya.
Mellyza melihat tubuhnya sendiri, ia dikelilingi oleh
keluarganya. Isak tangis dari Mama dan kakaknya terdengar. Tiba-tiba ia
melayang tinggi, masuk ke dalam lubang dan...
"Di mana aku?" Mellyza mendapati rohnya berada di
depan rumahnya. Ia masuk, namun tidak menemukan siapapun. Mellyza naik ke
kamarnya, di dalamnya ada boneka patung mirip keluarganya. Ia memeluknya, dan
segera pergi dari rumahnya.
"Tok...tok...," bunyi itu terdengar lagi, namun
kali ini agak pelan. Mellyza mendekati rumah kosong di samping rumahnya.
Kriekk... Mellyza menginjak batang kayu, seseorang yang ada di dalam rumah itu
segera keluar. Mellyza dengan cepat bersembunyi agar tidak ketahuan.
"Siapa itu?" orang itu bersuara seperti anak kecil,
namun ia tinggi besar dan ditubuhnya penuh darah. Orang itu mendekati tempat
persembunyian Mellyza, dan ia sudah amat dekat. Mellyza berdoa supaya ia tidak
ketahuan. Tempat persembunyian Mellyza dibuka, namun tidak ada Mellyza di
dalamnya. Lalu dimana Mellyza? Seseorang ternyata membantunya. Kini ia aman di
dalam gudang di rumahnya.
"Hey, kamu siapa?!" teriak Mellyza kecil.
"Aku Nessyza," dia dingin sekali, itu membuat
Mellyza tak nyaman.
"Aku harus kembali," katanya.
"Tidak, atau kau mati," cegahnya. Kali ini Mellyza
tak mau menurut, Mellyza memberontak. Dia hendak berlari, namun rasanya kakinya
sakit.
"Aku sudah melarangmu kembali, atau kau mati!"
ujarnya. Mellyza menangis, ia rindu mama dan papanya.
Krieet...Dorr... bunyi yang pernah didengar Mellyza.
"Pasti disekitar sini, ada orang mendekat,"
gumamnya. Mellyza menarik Nessyza.
"Ada apa?" tanyanya.
"Seseorang datang mendekat," jawab Mellyza. Mereka
pergi secepat mungkin. Surat itu jatuh... Orang itu tahu di mana Mellyza pergi.
Ia terus mengincar, hingga...
Hingga orang yang mengincar Mellyza itu tahu dimana tempat
Mellyza. Ditempat lain, Mellyza dan Nessyza bersembunyi. Mellyza sangat
ketakutan, ia dalam hati ingin kembali ke pada keluarganya.
"Di mana kita?" tanya Nessyza yang belum kenal
tempat itu.
"Kita aman di rumah pohonku," jawab Mellyza.
Sreett...Kyaakk..Doorr... bunyi keras itu terdengar didekat rumah pohon
Mellyza. Mellyza dan Nessyza menutup mata, ketika orang yang mengincar Mellyza
tepat berada di depan mereka.
"Aku pasti menemukanmu...," kata orang itu dengan
suara beratnya. Apa yang terjadi? Orang itu berlalu pergi tanpa menoleh sedikit
pun ke rumah pohon Mellyza.
"Fiiuuh... syukurlah dia tidak melihat kita," ucap
Nessyza menarik nafas. Mellyza bingung, ia harus melakukan apa supaya dapat
kembali ke tubuhnya.
"Aku tahu, kau harus melawan orang itu.. Atau kau
menyerah? Tidak ada jalan pulang," jawab Nessyza yang seolah-olah
mengetahui pikiran Mellyza.
Di rumah Mellyza,
"Lyza, sadar, dong, Sayang. Mama kangen sama
kamu," isak Mama Mellyza sambil memeluk tubuh Lyza.
"Cucu Nenek, Lyza. Lawan orang itu, kamu pasti
bisa!" Nenek Mellyza menyemangati Mellyza. Nenek Mellyza sudah tahu, jika
cucunya sekarang tidak berada jauh dari rumah itu.
Mellyza segera pergi dari rumah pohon itu, ia ingin melawan
orang yang mengincarnya. Namun, anehnya tiba-tiba rumahnya menjadi seperti
pasar yang dilalui oleh beberapa mahkluk astral. Salah satu mahkluk itu melihat
Mellyza, mahkluk itu mengejar Mellyza.
Mellyza terus berlari hingga ia sudah tidak tahu lagi dimana
ia berada. Nessyza menolong Mellyza dengan memberikan peta kemana ia harus
menemui orang yang mengincar Mellyza.
"Terima kasih Nes," gumamnya pelan sambil terus
berlari. Setelah tahu mahkluk di belakangnya sudah tidak ada, ia menuju tempat
yang ditunjukan oleh Nessyza. Letaknya tidak jauh dari tempat Mellyza sekarang
berdiri.
Nessyza mengikuti Mellyza secara diam-diam, ia takut Mellyza
terluka. Mellyza masuk ke dalam rumah kosong. Ia terkejut saat melihat rumah
itu sangat terang. Mellyza masuk ke sebuah ruangan yang baginya cukup gelap. Ia
duduk di kursi kecil dan bernyanyi lirih. Angin kencang tiba-tiba masuk di
dalam ruangan itu, sesosok tubuh kecil keluar dari dalam angin itu. Cahaya
merah keluar di tubuhnya. Mellyza tidak tahan, ia pingsan.
"Lyza, bangun. Mahkluk itu sudah tahu kita
datang," bisik Nessyza. Mellyza kemudian sadar, ia menemukan sebuah pedang
bercahaya berada di dekatnya. Pedang itu ukirannya sangat indah, sehingga
Mellyza mengambilnya.
"Dia belum tiba, dia bersama pasukannya," kata
Mellyza sedikit berteriak.
Mellyza benar, mahkluk itu mengumpulkan pasukannya. Mereka
pasti akan berperang melawan Mellyza dan Nessyza.
"Aku ingin kita menang! Dengan kemenangan kita, aku
bisa hidup kembali. Dan kalian juga akan menemukan banyak tubuh untuk
dimasuki!" teriak mahkluk itu.
Waktu yang ditunggu telah tiba, mahkluk itu bersama
pasukannya sudah berada di depan rumah kosong yang ditempati Mellyza dan
Nessyza. Mellyza dan Nessyza yang berada didalam berdoa dan menyiapkan senjata.
Mellyza akan menggunakan pedang bercahaya itu.
3..2..1.. pasukan mahkluk astral itu menyerang dari berbagai
penjuru. Nessyza menembakan pistol apinya ke 3 pasukan mahkluk astral itu.
Whoos..Doorr.. bunyi tembakan pistol itu membuat pasukan mahkluk yang mengincar
tubuh Mellyza datang ke tempat mereka.
Semua berjuang mati-matian agar bisa hidup, walaupun itu
hanya hidup di alam kedua.
"Rasakan ini... Hyaat..." Mellyza menusukan
pedangnya ke-5 mahkluk astral dalam sekejap. Mahkluk itu segera berubah menjadi
abu. Nessyza melindungi Mellyza dari 8 pasukan mahkluk astral yang mengelilingi
Mellyza.
"Awas kau, ya! ..." Nessyza menembakan pistolnya
ke arah mahkluk yang mengelilingi mereka.
Pasukan mahkluk astral itu hampir habis, hanya berjumlah
5-6. Hal itu membuat mahkluk astral itu marah. Ia masuk dan menghadapi Mellyza
serta Nessyza. Dengan cermat, Mellyza dan Nessyza berhasil menghindar dari
serangan mahkluk itu.
"Matilah kau, Mellyza!" seru mahkluk itu sambil
mengarahkan senjatanya ke arah Mellyza.
"Tidak akan, mahkluk aneh!" balas Mellyza menolak.
"Kembalikan aku ke bumi! Kembalikan aku ke tubuhku!
Hyaat..." jerit Mellyza marah. Ia melompat, lalu menusukan pedang ke tubuh
mahkluk itu. Mahkluk itu mulai melemas, Nessyza membantunya. Ia menembakan
pistol ke arah mahkluk itu dan....
Dan mahkluk itu mengeluarkan cahaya yang menyilaukan.
Mahkluk itu berubah menjadi seorang gadis kecil berambut panjang dengan jubah
yang menutupi seluruh tubuhnya.
"Kau masih ingat aku, Mellyza?" tanya gadis itu.
Mellyza sejenak memandang gadis kecil itu.
"K..k..kamu.. Eneria!" jawab Mellyza terkejut.
"Ya.. Aku sahabat lamamu! Relakan tubuhmu untukku,
Lyza!" serunya.
"Tidak akan pernah, Eneria!!" teriak Mellyza. Ia
mengambil pistol dari tangan Nessyza dan mengarahkannya ke arah Eneria.
"Maafkan aku Mellyza, aku hanya ingin hidup!"
bisiknya.
Doorr... Mellyza menembak Eneria, Semoga apa yang kulakukan
ini benar... ucap Mellyza dalam hati. Eneria tergeletak dengan penuh darah, ia
memandang wajah Mellyza. Senyum mengembang diwajah Eneria, pelan-pelan matanya
tertutup. Semua tiba-tiba gelap, alam semesta seakan-akan berputar.
Cahaya terang telah berada dekat dengan Mellyza.
"Uh, Mama..." panggil Mellyza. Mama Mellyza
menoleh ke arah Mellyza yang sudah sadar.
"Mellyza, sudah sadar? Minum dulu, ya!" kata Mama
Mellyza sambil meminumkan segelas air putih ke Mellyza.
"Selamat ya, cucu Nenek sudah menang," ucap Nenek
Mellyza penuh haru.
"Makasih, Nek," jawab Mellyza.
Pyarr... kaca jendela ruang depan dipecah. Mellyza segera
turun untuk melihat. "Surat?" gumam Mellyza sambil menoleh ke segala
arah. Ia duduk di sofa ruang tamu dan membaca isi surat itu.
Dear Mellyza,
Selamat tinggal sahabatku. Maafkan aku telah berbuat begitu
buruk kepadamu, mungkin kamu masih trauma dengan kejadian tadi. Aku mohon, kamu
memaafkan aku. Kamu jangan kaget jika surat ini sampai kepadamu, sebenarnya
Nessyza adalah roh nenekmu. Nenekmu pasti tak ingin kamu kenapa-napa, jadi dia
membantu mu. Aku berutang budi padamu, karena kamu telah membebaskanku. Selamat
tinggal sahabatku tersayang, I love you !
Salam,
Eneria Belllinda (Sahabatmu)
Mellyza terkejut, Nessyza adalah roh neneknya? Eneria iri
kepada Mellyza? Ia telah memaafkan Eneria, dan mendoakan Eneria. Jedaar...
bunyi apa lagi itu?
Mellyza mencari ke arah sumber suara, ia melihat rumah
kosong di sebelah. Ayunan di depan rumah kosong itu bergerak, seperti ada yang
menaikinya. Mellyza tersenyum, ia tahu siapa yang menaikinya.
"Sampai jumpa, Eneria! Aku sudah memaafkanmu.."
ucap Mellyza. Ayunan itu berhenti berayun, kemudian Mellyza melihat Eneria
melambai ke arahnya.
Kakak Mellyza menghampiri adiknya yang sedang melambai.
"Hei!!" panggil kakaknya. Mellyza menoleh, senyum
terpancar diwajahnya.
"Apa?" tanya Mellyza.
"Masuk!" jawab kakaknya. Mellyza masuk dengan
wajah tenang.
Nenek Mellyza membisiki sesuatu ke Mellyza, "Kamu bisa
mengalahkannya!". Mellyza mengangguk. Ia teringat Nessyza. "Makasih,
Nessyza," kata Mellyza seakan tak tahu siapa Nessyza. Neneknya tertawa.
Seseorang tersenyum di jendela kamar Mellyza, ia mengucapkan
selamat tidur pada Mellyza.
"Bye, Mellyza.." itulah suara terakhir Eneria
sebelum ia pergi selamanya.
Akhirnya Eneria dapat hidup tenang, dan Mellyza juga. Ah,
akhirnya masalah selesai!!
Note : Sebenarnya itu mau dipake cerbung, tapi, males... ya
udah disatukan aja biar panjang! Hehehe... :D
Thanks For Read ^^
The Writter :
Albert
Tidak ada komentar:
Posting Komentar